
To some
extent, mungkin benar. Tapi, tidak untuk keseluruhannya.
Jika kita
ambil keluarga sebagai unit terkecil masyarakat, maka bangsa Inggris bisa
dikatakan hampir bangkrut secara nilai moral. Orangtua menunggu-nunggu masa
anak keluar rumah, nenek dan kakek dititipkann di panti jompo, anak kehilangan
rasa hormat pada tetuanya, guru yang tidak memiliki 'kewenangan' untuk
menguasai kelasnya dst dst.
Tidak
semua, tapi banyak yang seperti di atas.
Satu
dekade lalu, tingkat kehamilan remaja Inggris tertinggi di Eropa. Ini karena
berbagai fasilitas tersedia bagi siapapun (tak peduli usia) yang punya anak.
Jalan singkat bagi remaja putri yang tidak mau diatur2 ibu/bapaknya adalah
segera hamil, maka dia bisa mengklaim berbagai fasilitas dari pemerintah,
termasuk rumah gratis.
Di satu
sisi, saya pikir kebijakan yang bagus karena tingkat kelahiran bayi di sini
rendah sekali. Tidak sampai 2...artinya, menuju kepunahan pada satu masa.
Jadi,
disediakan berbagai insentif lah, bagi yang mau 'susah' hamil...
Maka
mulailah berkembang keluarga single parent yang rentan masalah. BAyangkan, anak
punya anak.
Tentang budaya
bersih....Sungguh, percayalah...itu hanya tampakan luar. Siapapun student
Indonesia yang pernah jadi petugas kebersihan akan bersaksi, betapa kumuhnya
ruang common room, restoran dsb...
Jalan dan
taman itu bersih karena secara berkala, (taman bisa tiap jam....jalan dua kali
sehari) dibersihkan...
Saat2
libur nasional, Natal, tahun baru dsb, keadaan di mana petugas/mesin kebersihan
tidak berfungsi normal, maka kumuhlah wajah kota....
Alla
kulli hal, jika kita berkaca pada dunia, maka mari berkaca dengan jernih dan
objektif.
Ambil
nilai baiknya (etos kerja dll) buang nilai buruknya...
Percayalah,
bangsa Indonesia itu hebat, kuat, dan akan jadi pemenang!! Asal kita bersatu
dan mau melakukan perbaikan di dalam diri masing-masing...sambil tentunya,
lihat kiri dan kanan....apalagi yang bisa diberikan untuk majunya negeri ini.
Wallahu'alam.