Kamis, 25 Oktober 2012

Kebesaran Allah dibalik Fenomena Hujan


“...dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS Al-Hijr: 22)

Alangkah senang dan bersyukurnya hati kita, bila musim kemarau yang telah kita rasakan dengan susah payah dan kekeringan, telah ditutup dengan hujan yang besar nan cukup sebagai pertanda dari berawalnya musim hujan. Sawah dan kebun-kebun tersirami, sumur air penuh tercukupi, jalan-jalan raya menjadi bersih dari debu, hawa udara menjadi lebih segar, dan macam-macam kenikmatan yang lainnya.

Ilustrasi Hujan
Ternyata, dibalik fenomena alam yang begitu indah tersebut, Allah SWT melalui firmannya, telah banyak menyebutkan kebesaran dan keagungan ayat-ayatNya tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam waktu satu tahun.

Per tahunnya, air hujan yang menguap dan turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan berjumlah "tetap": yakni 513 triliun ton. Menurut Ilmuwan Islam Harun Yahya, fenomena alam itu sesunguhnya telah dinyatakan dalam Alquran sejak abad ke-7 M dengan menggunakan istilah "menurunkan air dari langit menurut kadar". Diantaranya disebutkan dalam sebuah ayat dalam QS Az Zukhruf ayat ke-11:

“Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)”

Menurut Harun Yahya, air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut "ukuran atau kadar" tertentu. ''Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini,'' ujar pemilik nama asli Adnan Oktar ini.
Bahkan, kata dia, sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini. Tetapnya jumlah ini sangatlah penting bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi, dan tentu saja kelangsungan kehidupan ini. Satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Alquran.

Suatu ukuran lain yang terkait dengan hujan adalah mengenai kecepatan jatuhnya. Ketinggian minimal awan mendung adalah 1.200 meter. Bila jatuh dari ketinggian ini, suatu obyek yang bobot dan ukurannya sama dengan air hujan akan semakin cepat dan jatuh ke tanah dengan kecepatan 558 km/jam. Tentu saja, obyek apa pun yang membentur tanah dengan kecepatan itu akan menyebabkan kerusakan besar.

Jika hujan yang terjadi itu jatuh dengan cara seperti itu, semua lahan panenan akan hancur, kawasan pemukiman, perumahan, dan mobil-mobil akan remuk, dan orang-orang tidak bisa berjalan-jalan tanpa perlindungan ekstra. Padahal, perhitungan ini hanya untuk awan setinggi 1.200 meter; ada juga awan mendung setinggi 10.000 meter. Air hujan dari tempat setinggi ini bisa memiliki kecepatan yang amat merusak. Akan tetapi, kenyataannya tidak begitu. Dari ketinggian berapa pun, kecepatan air hujan hanya 8-10 km/jam kala menimpa tanah dan aman untuk kebutuhan manusia.
Maha benar Allah SWT dengan segala firmannya.

*Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: